Rumput Takkan Tumbuh Kala Derasnya Hujan
Serial HIDUPMU INSPIRASIMU : [3] "Rumput Takkan Tumbuh Kala Derasnya Hujan"
Di sebuah desa, ada seorang guru ngaji yang miskin. Perekonomiannya hanya bersandar pada warung kecilnya yang sehari-hari ia bergantian dengan istrinya menjaga. Hanya itu yang ia andalkan tuk penuhi kebutuhan keluarganya. Aktivitasnya hanyalah menjadi guru ngaji selepas ashar dan maghrib.
Ia mengajar di TPA desanya. Lokasi mengajarnya di mushalla desa. Ia ajari anak-anak kecil cara bersuci, seperti wudhu, tayammum, shalat dan puasa. Dan tentu saja anak-anak diajari membaca Al-Qur'an. Itu semua adalah ilmu warisan kyai-nya yang sudah lama wafat. Dulu, sang kyai berwasiat padanya secara khusus, "Kamu harus tetap tegakkan agama dan ajarkan apa yang aku ajar di desa ini. Ajarkan anak-anak. Teman-temanmu berguguran dan berlari ke kota mencari dunia. Tapi, pesanku untukmu, carilah akhirat dengan mengajar anak-anak, kelak insya Allah pada masanya Allah akan membuatmu kaya...lebih kaya dari teman-temanmu yang meninggalkanmu sendiri mengajar di desa ini."
Guru ini pun benar-benar mengingat dan mempraktekkan wasiat kyai-nya. Kadang ia menangis sesenggukan sendiri karena merasa harus berjuang sendiri tanpa teman untuk membantu mengajar anak-anak. Dan kadang karena ia tidak punya daya untuk mencukupi banyak kebutuhan keluarganya.Di sebuah desa, ada seorang guru ngaji yang miskin. Perekonomiannya hanya bersandar pada warung kecilnya yang sehari-hari ia bergantian dengan istrinya menjaga. Hanya itu yang ia andalkan tuk penuhi kebutuhan keluarganya. Aktivitasnya hanyalah menjadi guru ngaji selepas ashar dan maghrib.
Ia mengajar di TPA desanya. Lokasi mengajarnya di mushalla desa. Ia ajari anak-anak kecil cara bersuci, seperti wudhu, tayammum, shalat dan puasa. Dan tentu saja anak-anak diajari membaca Al-Qur'an. Itu semua adalah ilmu warisan kyai-nya yang sudah lama wafat. Dulu, sang kyai berwasiat padanya secara khusus, "Kamu harus tetap tegakkan agama dan ajarkan apa yang aku ajar di desa ini. Ajarkan anak-anak. Teman-temanmu berguguran dan berlari ke kota mencari dunia. Tapi, pesanku untukmu, carilah akhirat dengan mengajar anak-anak, kelak insya Allah pada masanya Allah akan membuatmu kaya...lebih kaya dari teman-temanmu yang meninggalkanmu sendiri mengajar di desa ini."
Sementara orang-orang di desanya, meskipun menghormatinya sebagai guru ngaji, mereka tidak begitu memikirkan nasibnya. Ekonomi keluarganya yang semakin membuncit. Karena ia pun mengajari anak-anak desa, tidak diimbali harta ataupun benda. Ia ingat selalu janji yang dituturkan guru: "carilah akhirat dengan mengajar anak-anak, kelak insya Allah pada masanya Allah akan membuatmu kaya...lebih kaya dari teman-temanmu yang meninggalkanmu sendiri mengajar di desa ini." Dan ia selalu rela berkeadaan seperti itu. Namun sebagai manusia yang punya perasaan dan harapan, wajar jika sehari-hari ia berlumuran tangisan.
Suatu hari, guru ngaji ini wafat karena sakitnya. Wafatnya benar-benar tak dikira. Satu desa terpukul dengan wafatnya ia. Anak-anak menangis...menangis sesengguk-sengguk tangisan. Remaja-remaja murid pengajiannya tertunduk. Orang-orang tua baru sadar. Akhirnya mereka semua pun bersatu kemudian untuk membuat TPA yang lebih resmi, dinamakan atas nama guru tersebut. Remaja-remaja rela dikirim ke pesantren untuk menimba ilmu; yang kelak diharapkan akan kembali ke desa dan meneruskan perjuangan guru. Dengan wafatnya sang guru, orang-orang justru dibukakan hatinya untuk belajar ngaji. Namun, mengingat tidak ada lagi guru ngaji di desa itu, akhirnya mereka mengundang ustadz2 dari pesantren terdekat untuk mengajar.
Lalu kapan guru itu menjadi kaya, seperti yang dijanjikan?
Kapan? Setelah ia wafat. Ketika itu juga ia mendadak menjadi orang kaya. Karena pahalanya mengalir menjadi deras. Ingat, ketika engkau mengajari satu anak kecil bacaan Al-Fatihah hingga ia bisa membacanya, maka pahalamu akan mengalir sepanjang hayatnya. Anak kecil tersebut, jika membaca Al-Fatihah hingga ia berusia 50 tahun, mungkin sudah ratusan ribu kali. Dan pahalamu mengalir ratusan ribu kali. Belum lagi dilipatgandakan karena 1 huruf berlipat pahala bacaannya.
Sebagaimana hujan yang deras...pemberian awan di langit. Ketika hujan yang deras turun, tak mungkin rumput langsung tumbuh begitu saja. Tunggu hingga selesainya hujan, maka rumput-rumput akan muncul menghijau.
Begitu juga selagi amalmu untuk umat, baik itu mengajar, baik itu menulis, baik itu ceramah, baik itu mendidik, semua akan tumbuh subur pada saatnya. Selama kau memang ikhlas melakukan dan memberi.
Maka jadilah pengajar ilmu yang ikhlas memberi ilmu dan murah memberi. Boleh jadi kau akan merasa sedih selagi melakukan. Tapi, di kemudian hari, bahkan setelah wafatmu, pahala dan doa-doa terus mengalir untukmu.
Jadilah penulis yang ikhlas memberi ilmu dan murah memberi. Boleh jadi kau akan merasa sedih selagi menulis; karena mungkin merasa tidak dihargai, atau dicela, atau tak ada imbalan. Tapi, Allah akan membaca kefasihan hatimu dalam mengikhlaskan amalan. Biarpun kini yang tampak hanya padang pasir, namun bisa jadi setelah wafatmu ia menjadi belantara pahala yang kaya.
Percayalah bahwa selama kau ikhlas dan murah memberi, kelak kau akan dibalas jauh lebih banyak. Dan rumput-rumput selamanya takkan tumbuh selagi hujan tercurah. Berbaik sangkalah pada Yang Maha Memberi.
Karena itu, jangan putus asa dan amal dalam memberi yang kau punya. Dan JANGAN memberi apa yang tidak kau punya. Dan barangsiapa yang banyak memberi namun tidak ikhlas, maka pahalanya terhenti sebelum ia memberi. Sungguh rugi!
Hidupmu...inspirasimu...hidupmu...inspirasi untuk selainmu...maka lihatlah ayat-ayat, di sanalah berjuta inspirasi untukmu.
0 Response to "Rumput Takkan Tumbuh Kala Derasnya Hujan"
Post a Comment