7 Tahun Menanti Buah Hati, Chapter 2

Kebun Raya Indrokilo Boyolali
Menelisik diagnosa dr. Puska sp.OG (k) feto (Klaten) yang menyatakan saya mengalami PCOS, sedikit akan saya paparkan dari sisi awam dengan bahasa yang membumi..wkwk. Sekali lagi hanya dari sudut pandang awam karena saya tidak memiliki kompetensi di bidang medis.

PCOS adalah singkatan dari polycystic ovary syndrome alias sindrom ovarium polikistik. Bahasa gampangnya: sel ovum banyak, tetapi berukuran kecil karena terselimuti kista yang berisi hormon androgen. Hormon androgen dikenal sebagai hormon lelaki, misalnya testosteron.

PCOS hanya terjadi pada wanita ya gaes.. ya iyalaaah..yang punya sel ovarium kan cuma calon emak-emak..eh, calon ibu-ibu bangsa maksud saya.

Jadi, jika Anda wanita dengan gejala sbb:

  1. Menstruasi tidak teratur, setahun mungkin hanya 3-4 kali. Bisa jadi tetap haid teratur, tetapi ovum yang dihasilkan tidak matang (hanya bisa dilihat melalui pemeriksaan medis).
  2. Kadang keluar mens hanya berupa flek atau justru terlalu banyak. Seringkali sel telur/ovum yang dihasilkan banyak, tetapi ukurannya kecil atau di bawah standar. Kondisi ini bisa dipastikan dengan USG transvaginal bagi wanita yang sudah menikah. Bagi yang belum menikah haram hukumnya..hihi.
  3. BB (berat badan ya, bukan bau badan) jauh di atas standar, tapi ada juga yang normal/kurang. FYI, artis Tya Ariestya dan Fitri Tropikanaslim merupakan contoh penyintas PCOS yang alhamdulillah berbadan slim.
  4. Kecenderungan berciri fisik seperti lelaki. Ntah dari segi suara, kulit kusam, jerawat berlebih, berkumis tipis, berbulu, dan mengalami kerontokan rambut yang lumayan parah. Gejala-gejala ini mungkin bisa sedikit diminimalisasi dengan perawatan di klinik kecantikan bagi Anda yang mampu&menginginkan. Tenang gaess..tergantung tingkat "keparahan" gejala dan "ketebalan keuangan" aja. Wkwk...
  5. Kecenderungan berkelakuan tomboy atau minim mendekati karakter lelaki. Misalnya tidak bisa romantis, cenderung apa adanya dalam berpenampilan, kurang bisa berlemah lembut, dst dst (ini bukan membuka aib para suami ya gaes,,bukan, tapi kalau mereka mengiyakan, ya alhamdulillah).
  6. Sudah menikah dan hidup serumah bersama suami, tetapi sulit hamil (minimal 2 tahun).
  7. Mengalami ketidakseimbangan hormon,,terutama hormon terkait reproduksi seperti progesteron, estrogen, FSH, LH, prolaktin, atau sejenisnya. Bahkan, mungkin sudah berada pada level resistensi hormon insulin a.k.a menuju diaebetes. Gejala ini bisa diketahui melalui cek hormon di laborat terdekat.

Jika gejala-gejala tersebut Anda alami, ada kemungkinan Anda mengidap PCOS. Kenapa kok mungkin? Karena mayoritas tanda-tanda tersebut menjadi ciri khas para penyintas PCOS, tetapi harus dipastikan melalui pemeriksaan medis yes. Tentunya dengan arahan dokter sp.OG terlebih dahulu.

Ntah ciri-ciri tersebut memang benar-benar dirasakan oleh mayoritas penyintas PCOS, atau ada yang tercampuraduk dgn karakter saya, tolong dimaklumi ya, kadang beda-beda tipis gitu. Meski awam, tetapi saya mencoba tetap berlandaskan pada penjelasan dokter, observasi pribadi, dan sharing sesama penyintas. Namanya juga awam, kadang tanpa disertai data akurat. Kalau mau tahu keakuratannya, ya balik again, harus ke ahlinya.

Sebentar, biar saya tidak dijudge menciptakan hoax. Bahkan dilaporkan ke bareskrim dengan tuduhan penyebaran hoax dan diancam pidana kurungan dua tahun... wkwk.. Saya akan melakukan sedikit pembelaan atas kesimpulan yang saya buat.

Jadi begini gaess.. kata bu dokter, gejala-gejala di atas memang dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon dan berlebihnya kadar hormon androgen di dalam tubuh wanita penyintas PCOS. Sebagai bukti, hasil cek hormon saya terkait poin no.7, mayoritas melenceng dari standar normal. Apalagi hormon testosteron di dalam tubuh saya, angkanya berpuluh kali lipat dari batas normal. Artinya apa? Apakah saya adalah lelaki yang terjebak di dalam tubuh wanita?? bukaaan. Apakah saya sebenarnya adalah wanita jadi-jadian? Behhh.. Bukanlaaah..saya mah wanita asli, tulen 100%, hanya mungkin termasuk sekian persen "wanita istimewa" ditilik dari segi hormon. Saya nyebutnya "istimewa" biar enak dirasa, daripada menggunakan diksi "kelainan" atau "aneh", takut menyakiti diri sendiri..hihi.

FYI, hormon testosteron tetap dihasilkan oleh tubuh wanita, hanya saja dalam jumlah terbatas, sedikit. Seperti halnya produksi hormon estrogen (hormon wanita) oleh tubuh pria, tetap ada, tetapi hanya sedikit. Jika fakta medis ternyata menunjukkan angka jauh di atas standar, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap fisik ataupun psikis para penyintas PCOS.

Saya analogikan begini saudara... Tidak jarang ditemui di sekeliling kita, fenomena lelaki agak feminim atau wanita agak maskulin. Lelaki yang seharusnya maco, eh malah melambai, atau wanita yang seharusnya lemah lembut, eh malah gahar. Nah, barangkali faktor kelainan hormon menjadi salah satu penyebab, tanpa menghilangkan penyebab lain tentunya. Mungkin pada lelaki agak feminim, kadar hormon wanita di dalam tubuhnya di atas normal. Begitupun pada wanita maskulin, kadar hormon lelaki di dalam tubuhnya mungkin di atas normal. Jadilah lelaki tersebut mungkin berfisik cantik dan berkarakter lemah lembut. Si wanitanya malah mungkin berfisik kekar dan berkarakter gahar.

Gimana analogi tersebut, gaess? Apakah bisa diterima sebagai pencerahan atau justru menjadi sebuah penyesatan?

Kalau bisa diterima sebagai suatu pembelaan, mungkin sebenarnya saya cocok jadi pengacara. Loh, kok bisa? Ya kan tugas seorang pengacara adalah membela...



***Jaka sembung ngelintir kumis, ga nyambung sis***



Demikian resume singkat yang bisa saya paparkan mengenai PCOS.

Woke.. kembali ke perjalanan semula. Setelah treatmentnya mentog, Sp.OG terakhir yang saya datangi akhirnya merujuk saya ke sebuah klinik fertilitas di kota Solo, namanya klinik Sekar Moewardi. Oleh karena saya meminta dirujuk ke dokter wanita, dr.Prita, sp.OG menuliskan nama dr.Eriana Melinawati sp. OG. Kalau tidak salah ingat, diagnosa saya ditulis infertil dan apa gitu, bukan PCOS. Infertil mungkin maksudnya tidak subur kali.. atau malah mandul?

Segeralah googling, ternyata nama dokter tersebut muncul sebagai ketua tim dokter bayi tabung pertama di kota Solo, tepatnya di RSUD Moewardi. Campur aduk antara excited, parno, ngitung ongkos, daaan tentu saja mikir jadwal show. Jadwal show alias jadwal saya mburuh hanya libur di hari ahad. Padahal, mana ada dokter spesial kaya gitu praktik di hari ahad. Lagipula semua konsultasi & treatment harus dilakukan lebih teratur, rutin, dan komprehensif. Harus lebih ketat dibandingkan dengan treatment-treatment di sp.OG sebelum-sebelumnya.

Apa iya kudu dijabanin? Segitunya? Terngiang background sebagai buruh dengan deadline segambreng..potong gaji deh,,padahal gaji ga seberapa cobaa...wkwk

Dilema, tung itung itung, kir mikir mikir....



Bersambung ya gaes.. ibu bangsa mau melaksanakan profesi multitasking dulu...see u next time

Penulis: Harnida Gigih Aryanti

0 Response to "7 Tahun Menanti Buah Hati, Chapter 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel