Maka, Mengacalah Kita. Rupanya Ilmu Kita Belum Seberapa
Anas bin Malik berkata:
كان الرجل إذا قرأ البقرة وآل عمران جدً في أعيننا
"Bila salah seorang mampu membacakan
surat Al-Baqarah dan Ali Imran, ia memiliki kedudukan terhormat di mata kami
(para sahabat)." [Riwayat Al-Bukhary, no. 3617, dan Muslim, no. 2781]
Kedua surat tersebut adalah surat
terpanjang dalam Al-Qur'an, sarat akan faedah di tiap ayatnya dan mencakup
petunjuk-petunjuk tentang aqidah, akhlak, hukum, bahkan penciptaan alam
semesta.
Dan perkataan Anas tidak bisa dimaknai
bahwa ketika seseorang sudah membaca keduanya, maka ia terhormat begitu saja.
Sesungguhnya para sahabat membaca Al-Qur'an tidak sekadar membaca lalu selesai.
Membaca versi mereka adalah dengan membaca lafadznya, mentadabburi atau
mendalami maknanya, dan itu semua dengan pemahaman tajwid juga bahasa Arab yang
sempurna. Terlebih mereka hidup di zaman manusia termulia, Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam, yang melalui beliau, beragam makna dan hukum tersampaikan
ke hati manusia.
معني ذلك أن الإنسان إذا كان يحفظ البقرة لفظاً ومعنى، وآل عمران لفظاً
ومعنى ، فعنده علم كبير
"Makna dari kalimat tersebut adalah
bahwasanya manusia jika menghafal Al-Baqarah secara LAFADZ dan MAKNANYA, juga
Ali Imran secara LAFADZ dan MAKNANYA, maka ia memiliki ilmu yang besar!"
[Syarh Muqaddimah fi Ilm At-Tafsiir, hal. 16]
Menghafal itu mungkin mudah bagi sebagian
kita, namun konsisten dan rutin menghafal atau mengulang hafalan (muraja'ah)
bukanlah perkara mudah, kecuali bagi yang Allah berikan baginya azam yang kuat.
Menghafal itu bisa sulit, namun menjaga hafalan justru lebih sulit.
Dan yang tersulit adalah menggali makna
hafalan. Tidak semua orang yang hafal lafadz juga hafal makna. Bahkan tidak
semua yang hafal makna, bisa mendalami makna-makna seluruhnya. Sekarang ini,
kita sangat sangat lemah dari segi hafalan, namun kuat dari segi penukilan.
Karena kita lebih memilih kemudahan. Menjaga (saving) file itu bagi semua orang
adalah gampang, namun menjaga (saving) hafalan tidak gampang, karena mudahnya
ia hilang.
Jika yang sudah atau pernah hafal
Al-Baqarah atau Ali Imran saja tidak mesti bisa dibilang berilmu besar, apalagi
yang tidak menghafal keduanya? Maka, mengacalah kita. Rupanya ilmu kita belum
seberapa.
0 Response to "Maka, Mengacalah Kita. Rupanya Ilmu Kita Belum Seberapa"
Post a Comment