Sebaik-baik Amal Adalah yang Kontinu Walaupun Sedikit

http://fathur71.blogspot.com/
Oleh: Abu Zaid –Hafidzollohu-[1]

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad-Sholallohi ‘alaihi wa salam-, keluarga, dan sahabatnya.

Saudaraku yang dirahmati Alloh-Subhana wa ta’ala-, perlu Anda ketahui bahwa beribadah kepada Alloh bukanlah ritual-ritual musiman yang dilaksanakan saat kita berselera saja. Anda bersemangat beramal sholih ketika berada di Tanah Suci saat haji ke Baitulloh, setelah pulang maka Anda tinggalkan. Atau bersemangat membaca Al-Quran dan berinfaq hanya ketika di bulan Ramadhan, sedangkan setelah itu engkau lupakan. Tidak, sekali-kali tidak. Sesungguhnya ibadah yang Alloh-Subhana wa ta’ala-  ciptakan Anda untuknya adalah sesuatu yang dituntut untuk kontinu (berkesinambungan, terus menerus), menjadi hamba Alloh-Subhana wa ta’ala-   di saat lapang maupun sempit, mengenal Alloh-Subhana wa ta’ala-   di saat suka maupun duka.

Sungguh, kontinu dan membiasakan diri dengan suatu amalan shalih merupakan yang paling dicintai Alloh -Subhana wa ta’ala-  meskipun hanya sedikit. Dan sungguh tidak alpanya kita dalam amal shalih tersebut menjadikan kita mendapat pahala di saat kita tidak mampu mengerjakannya karena sakit atau udzur lainnnya. Sabda Rosululloh-Sholallohi ‘alaihi wa salam-:
إذا مر ض العبد أو سافر ، كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا
“Jika seorang sakit atau melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika tidak berpergian dan dalam keadaan sehat.” (HR Bukhari: 2996)
Hadits-hadits seputar keutamaan kontinu dalam beramal

Dari Ummul Mukminin Aisyah-Radhiyallohu ‘anha-, sesungguhnya Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- bersabda:
أحبّ الأعمال إلى الله تعالى أدومها وإن قلّ

“Amalan yang paling dicintai Alloh Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit.” (HR Muslim: 783)
عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: سَأَلْتُ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ، قَالَ: قُلْتُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ كَيْفَ كَانَ عَمَلُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ هَلْ كَانَ يَخُصُّ شَيْئًا مِنَ الْأَيَّامِ؟ قَالَتْ: «لَا، كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً، وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَطِيعُ»

Alqomah pernah bertanya pada Aisyah-Radhiyallohu ‘anha-, “Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rosululloh-Sholallohi ‘alaihi wa salam- beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu dalam beramal?” Aisyah-Radhiyallohu ‘anha- menjawab, “Tidak, amalan beliau adalah amalan yang kontinu dan siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau -Sholallohi ‘alaihi wa salam- mampu.” (HR Muslim: 783)
Dua hadits di atas menunjukkan bahwa amal yang paling dicintai Alloh-Subhana wa ta’ala- adalah yang dilakukan dengan rutin meskipun sedikit dan seperti itulah amalan Rosululloh-Sholallohi ‘alaihi wa salam- sebagaimana yang dikabarkan oleh istri beliau Aisyah-Radhiyallohu ‘anha-.

Jangan berlebih-lebihan dan memberatkan diri dalam beribadah agar Anda tetap kontinu!

Jangan Anda pahami bahwa untuk mendapatkan kesempurnaan, Anda akan mengerjakan amal ibadah dengan porsi yang sangat banyak dan memberatkan diri, karena itu bukanlah petunjuk Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam-. Sesungguhnya amal sedikit yang kontinu jauh lebih baik dari pada amal banyak namun terputus. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam beribadah, meskipun ibadah tersebut ada contohnya terkadang dapat mengakibatkan putus dan malas untuk melanjutkan amal tersebut di kemudian hari. Oleh karena itu, Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ، وَإِنْ قَلَّ»

“Wahai sekalian manusia, kerjakanlah amal-amal yang kalian mampu lakukan, karena sesungguhnya Alloh-Subhana wa ta’ala- tidak akan malas sampai kalian malas dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Alloh-Subhana wa ta’ala- adalah yang kontinu meskipun sedikit.” (HR Muslim: 782)
Imam an-Nawawi-rohimahulloh- mengatakan,

إِنَّمَا كَانَ الْقَلِيلُ الدَّائِمُ خَيْرًا مِنْ الْكَثِيرِ الْمُنْقَطِعِ لِأَنَّ بِدَوَامِ الْقَلِيلِ تَدُومُ الطَّاعَةُ وَالذِّكْرُ وَالْمُرَاقَبَةُ وَالنِّيَّةُ وَالْإِخْلَاصُ وَالْإِقْبَالُ عَلَى الْخَالِقِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَيُثْمِرُ الْقَلِيلُ الدَّائِمُ بِحَيْثُ يَزِيدُ عَلَى الْكَثِيرِ الْمُنْقَطِعِ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

“Sesungguhnya amal sedikit tapi kontinu lebih baik dari pada amal banyak namun terputus karena dengan kontinunya amal sedikit akan melanggengkan ketaatan, dzikir, muroqobah (merasa diawasi Alloh-Subhana wa ta’ala-), niat, ikhlas, dan mengharap kepada Sang Pencipta. Dan buah dari amalan sedikit tetapi kontinu berlipat-lipat lebih banyak daripada amal banyak namun terputus. (Syarah Shohih Muslim 6/71).
Semangat orang-orang sholih terdahulu dalam menekuni ibadah

Saudaraku, jika Anda telah memahami hal di atas maka bersegeralah beramal, kemudian tekuni amal tersebut. Jangan anggap sepele sesuatu amalan karena dalam Islam tidak ada satupun amal shalih yang sepele, semuanya adalah penting dan inti. Lihatlah praktik yang telah dilakukan orang-orang sholih sebelum kita, niscaya Anda akan tercengang dengan semangat mereka dalam beramal.

Dari Ali bin Abi Thalib – Rodhiyallohu ‘anhu-, bahwasanya istrinya, Fatimah –Rodhiyallohu ‘anha- putri Rosululloh - Sholallohi ‘alaihi wa salam- datang mengadu kepada Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- karena beratnya pekerjaan rumah tangga. Lalu ia meminta Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- agar diberi satu pembantu untuk meringankan pekerjaan rumah tangganya. Maka Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- bersabda, “Apakah kamu mau aku tunjukkan yang lebih baik daripada pembantu, (yaitu) apabila engkau hendak tidur maka bertasbihlah (ucapan سبحانالله ) sebanyak 33 kali, bertahmidlah (ucapan الحمدلله ) sebanyak 33 kali, dan bertakbirlah (ucapan الله_أكبر) sebanyak 33 kali.” Ali bin Abi Thalib – Rodhiyallohu ‘anhu- mengatakan,

مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قِيلَ لَهُ: وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ؟ قَالَ: وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ. وَفِي حَدِيثِ عَطَاءٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: قُلْتُ لَهُ: وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ

“Maka aku tidak pernah meninggalkan dzikir tersebut semenjak aku mendengarnya dari Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam-.” Salah seorang berkata kepadanya, “Tidak juga engkau tinggalkan saat Perang Shiffin (yaitu perang dasyat yang terjadi antara Ali – Rodhiyallohu ‘anhu- dan Mu’awiyah – Rodhiyallohu ‘anhu-)?” Beliau berkata, “Ya, tidak juga aku tinggalkan meskipun saat Perang Shiffin.” (HR Bukhori: 5362 Muslim: 2727)
Dan ini Imam Ahmad bin Hambal yang telah menulis kitabnya Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal- yang terdiri dari 20 jilid[2] dengan jumlah hadits 40.000 hadits[3]-, beliau mengatakan, “Tidaklah aku menulis satu hadits pun kecuali aku amalkan sampai-sampai saat aku mendengar Nabi  -Sholallohi ‘alaihi wa salam- berbekam dan memberi satu dinar kepada tukang bekamnya, maka aku pun berbekam dan memberikan satu dinar kepada orang yang membekamku.” (Tsamratul ‘Ilmi al-‘amal hlm. 28)

Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohih-nya no. 728,

عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَنْبَسَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ، فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ بِحَدِيثٍ يَتَسَارُّ إِلَيْهِ، قَالَ: سَمِعْتُ أُمَّ حَبِيبَةَ، تَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ» قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ: فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَنْبَسَةُ: «فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ أُمِّ حَبِيبَةَ»، وَقَالَ عَمْرُو بْنُ أَوْسٍ: «مَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ عَنْبَسَةَ» وَقَالَ النُّعْمَانُ بْنُ سَالِمٍ: «مَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ»


Dari Dawud bin Abi Hindi, dari Nu’man bin Salim, dari Amr bin Uwais, berkata: Telah mengabarkan kepadaku Anbasah bin Abi Sufyan saat sakit yang membawa kepada kemaitannya tentang hadits yang mengembirakannya, dia berkata: Aku mendengar Ummu Habibah -Radhiyallohu ‘anha- berkata, “Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- bersabda: “ Barangsiapa yang sholat 12 rakaat[4] dalam sehari semalam maka akan dibangunkan baginya istana di surga.” Maka Ummu Habibah -Radhiyallohu ‘anha- berkata, “Aku tidak pernah meninggalkannya semenjak aku mendengarnya dari Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam-.” Dan Anbasah berkata, “Aku tidak pernah meninggalkannya setelah aku mendengarkannya dari Anbasah. “ dan Nu’man bin Salim berkata: “Dan aku pun tidak pernah meninggalkannya semenjak aku mendengar hadits tersebut dari Amr bin Aus.” (HR Muslim: 728)

Subhanalloh, alangkah indahnya amalan mereka. Kalaulah bukan dari riwayat-riwayat yang shahih mungkin kita akan mendustakannya.

Iming-imingi diri Anda dengan Akhirat!

Saudaraku yang dirahmati Alloh -Subhana wa ta’ala-, di antara cara agar Anda rajin beramal dan berselera menumpuk pahala adalah dengan menjadikan Anda merasa teriming-imingi dengan janji dan pahala Alloh -Subhana wa ta’ala- di akhirat. Sebagaimana Anda selalu teriming-imingi dengan bonus, promosi, dan harta yang banyak di dunia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh -Radhiyallohu ‘anhu-, Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- bersabda, “Siapa yang turut menyaksikan pengurusan jenazah hingga ia mensholatinya, maka baginya pahala sebesar satu qirath. Sedangkan siapa yang turut menyaksikan pengurusannya hingga jenazah itu dimakamkan, maka baginya pahala sebesar dua qirath.” Lalu ditanyakan, “Apakah itu dua qirath?” Rosululloh -Sholallohi ‘alaihi wa salam- menjawab, “Seperti dua gunung yang besar.” Salim bin Abdullah bin Umar berkata, “Ibnu Umar -Radhiyallohu ‘anhu- pernah mensholati jenazah lalu ia keluar dan pergi. Dan ketika hadits Abu Huroiroh -Radhiyallohu ‘anhu- (di atas) sampai padanya, ia pun berkata, “sungguh kita telah menyia-nyiakan banyak qirath.” (HR Muslim: 1570)

Setelah itu, belajarlah untuk selalu mengaitkan akhirat dalam kehidupan Anda. Ketika Anda mendapati nyamannya rumah dengan istri dan anak-anak yang taat dan perlengkapan rumah yang lengkap, maka bayangkan nanti di surga ada rumah yang jauh lebih indah dan nyaman. Ketika Anda bertamasya dengan keluarga di sebuah taman yang indah, terdapat sungai yang mengalir, pohon yang rindang, dan buah-buahan yang segar, maka bayangkanlah diri Anda di surga, sungguh surga memiliki sungai yang sangat jernih, pohon yang sangat rindang, dan buah-buahan yang segar dan mudah diambil.

Setelah membaca tulisan di atas, tanyakan pada diri Anda, amal apa yang dapat Anda banggakan di sisi Alloh -Subhana wa ta’ala-? Ibadah apa yang selalu Anda rutinkan mengerjakannya semenjak Anda mengilmuinya dari ustadz Anda atau dari apa yang telah Anda baca dari buku-buku Islam?! Semoga amal shalih Anda terus bertambah sejalan dengan bertambahnya ilmu agama Anda. Aamiin.

Disalin ulang dengan sedikit tambahan dari Buletin Al Furqon Edisi Tahun Ke-7 Volume 12 No. 4



[1] Tulisan ini banyak mengambil faedah dari Kitab Tajridu al-Ittiba’i fi Bayani Asbabi Tafadhuli al-A’mali karya Syaikh Dr. Ibrohim bin Amir ar-Ruhaili dan kitab Tsamratul ‘Ilmi al-‘Amal karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr
[2] Jumlah jilid di atas adalah sesuai dengan cetakan “Darul Hadits”, Kairo, Mesir
[3] Sebagaimana dalam kitab Khasha’ish Musnad al-Imam Ahmad hlm. 15
[4] Yaitu sholat sunnah Rawatib: empat raka’at sebelum Dzuhur, dan dua raka’at sesudahnya, dan dua raka’at sesudah Maghrib, dan dua rakaat sesudan Isya, dan dua raka’at sebelum Subuh. (HR Tirmidzi: 414)

0 Response to "Sebaik-baik Amal Adalah yang Kontinu Walaupun Sedikit"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel